BERITA LAMPUNG

Tuesday, May 11, 2010

Analisa Dampak Tenaga Kerja Indonesia terhadap Ketahanan Ekonomi

Krisis ekonomi global masih terus menjadi keprihatinan masyarakat internasional. Menurut Bank Dunia, perluasan krisis global akan menyebabkan penambahan 53 juta orang miskin pada 2009, setelah kenaikan harga minyak dan pangan menyebabkan 130 juta-155 juta orang terempas di garis kemiskinan pada 2008.

Hal ini semua akan menyebabkan peningkatan penduduk miskin dunia yang mempunyai penghasilan di bawah US$2 per hari meningkat melampaui angka 1,5 miliar orang.
Dampak krisis global bagi Indonesia terlihat dalam beberapa aspek, seperti penurunan nilai rupiah terhadap dolar AS, dan menurunnya ekspor komoditas alam seperti kelapa sawit, batu bara, dan kopi.

Ekspor Indonesia telah menurun sekitar 30% karena turunnya permintaan di negara-negara importir. Di bidang ketenagakerjaan, data dari Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi menunjukkan dalam selama September 2008 hingga Januari 2009 tercatat 27.578 orang kehilangan pekerjaan, dan 24.817 orang akan menyusul.

Sejumlah 11.993 pekerja telah dirumahkan, dan 19.993 lainnya akan segera menyusul dalam waktu dekat.
Berkepanjangannya krisis global juga telah menambah jumlah tenaga kerja Indonesia (TKI) di luar negeri yang kehilangan pekerjaannya.
Bila pemulangan secara massal para TKI ini terus terjadi, dipastikan kondisi ekonomi domestik akan sangat terpengaruh, karena sumbangan mereka yang mencapai tidak kurang dari Rp60 triliun bagi ekonomi nasional tiap tahun.

Hal itu juga dikhawatirkan akan membawa dampak negatif bagi ekonomi di tempat asalnya, yang selama ini menunjukkan ketergantungan yang besar terhadap kiriman uang (remittance) dari anggota keluarganya yang bekerja di luar negeri. Masalah peningkatan kemiskinan dan pengangguran harus segera diantisipasi dengan serius.
Tak dapat disangkal, komunitas TKI di luar negeri, yang berjumlah sekitar 6 juta orang, telah menyumbangkan kontribusi yang luar biasa bagi ketahanan ekonomi kita, khususnya bagi masyarakat daerah.

Selama krisis global sejak Desember 2008 diperkirakan 285.000 orang yang kebanyakan bekerja di sektor manufaktur telah kehilangan pekerjaan di Malaysia. Dalam periode Desember 2008 hingga Februari 2008, sekitar 3.000 orang per minggu telah dipulangkan dari Malaysia, sebagai dampak langsung dari krisis global.

Sebelum krisis global, kontribusi ekonomi TKI untuk daerah Nusa Tenggara Barat (NTB), misalnya, terhitung sangatlah besar. Secara kuantitatif, NTB merupakan provinsi terbesar kedua penyumbang TKI setelah Jawa Timur, sekalipun jika dilihat dari rasio jumlah TKI dengan jumlah penduduk provinsi inilah yang merupakan penyumbang TKI terbesar.
Tahun 2008, jumlah TKI dari NTB mencapai sekitar 53.000 orang, yang mayoritas bekerja di perkebunan kelapa sawit di Malaysia dan menjadi pembantu rumah tangga di Arab Saudi.

Direktur Bank Indonesia Mataram mengungkapkan, dalam kuartal pertama 2002 jumlah kiriman uang dari 21.900 TKI asal NTB mencapai Rp146,7 miliar.
Jumlah itu meningkat menjadi Rp 171,69 miliar pada kuartal kedua. Jumlah ini jauh di atas pendapatan daerah NTB yang hanya mencapai Rp61 miliar pada 2001 (Satriawan & Haris, 2004).
Padahal, jumlah tersebut hanya meliputi uang yang dikirim ke dua bank terbesar di Mataram, yaitu Bank Mandiri dan Bank BNI.
Jumlah kiriman uang TKI ke NTB akan jauh lebih besar bila dihitung pula kiriman uang yang dilakukan lewat jalur informal, termasuk yang dikirimkan oleh para TKI ilegal.

Tahun 2008, kiriman uang dari para TKI asal NTB mencapai Rp 800 miliar, jauh melampaui pendapatan asli daerah yang mencapai Rp325 miliar. Kiriman uang dari para TKI yang dilewatkan Bank Mandiri, Bank BNI dan Bank BCA berjumlah Rp487,22 miliar pada 2008.
Jika diasumsikan bahwa setiap TKI mengirimkan uang Rp 20 juta dalam setahunnya, maka jumlah total kiriman uang para TKI asal NTB mencapai sekitar Rp1 triliun setiap tahunnya.
Karena itu tak diragukan bahwa migrasi internasional (pengiriman TKI) telah menjadi solusi riil bagi kemiskinan di NTB yang mencapai 1,08 juta orang. Hal yang sama terjadi di Jawa Timur, Jawa Barat, NTT dan seterusnya.

Skenario ke depan

Ke depan, TKI tampaknya akan terus menjadi tulang punggung penting bagi ekonomi nasional. Kemiskinan di tempat asal akan terus menjadi faktor pendorong (push factor) bagi mengalirnya TKI ke luar negeri. Selama pemerintah belum sanggup menyediakan lapangan kerja yang layak dan secara konkret bisa memecahkan masalah 'perut' rakyat, selama itu pula arus besar TKI tak akan bisa ditahan.
Dibandingkan dengan pemerintah Filipina, misalnya, pemerintah Indonesia terhitung kurang serius dalam memperjuangkan nasib para TKI.

Berita tentang kekejaman dan penganiayaan yang diderita oleh para TKI secara rutin ditampilkan di media massa, tanpa menggerakkan pemerintah untuk mengambil langkah-langkah luar biasa (extraordinary measures) dan mengeluarkan kebijakan-kebijakan khusus yang dapat menjamin bahwa kekejaman yang mendera para pahlawan devisa itu tidak terus terjadi.
Perlakuan semena-mena kepada TKI juga kerap tertangkap dengan mata telanjang saat mereka, yang rata-rata berpendidikan rendah, mendarat di Bandara Soekarno-Hatta dan akan melanjutkan perjalanan ke kampung halamannya.

Di samping itu, konsentrasi pemerintah yang terlalu berat kepada sektor finansial harus diimbangi dengan pengembangan sektor-sektor ekonomi riil yang langsung bersentuhan dengan kehidupan rakyat di daerah-daerah.
Sudah waktunya kecenderungan elite politik yang sibuk dengan proyek pencitraan diri (image building) dan berebut kuasa diimbangi dengan kerja riil berupa penciptaan lapangan kerja yang konkret di daerah-daerah, untuk menjawab persoalan kemiskinan di seluruh Indonesia.

Selamanyakah persoalan kemiskinan di negeri ini akan dipecahkan oleh pengiriman para pembantu rumah tangga dan buruh murah ke luar negeri? Benarkah takdir menyuratkan nasib bangsa ini sebagai ”bangsa babu”? (Oleh Syamsul Hadi
Pengajar ekonomi politik internasional Departemen Hubungan Internasional Fisip-UI)
tag ; Makalah Analisa Dampak Tenaga Kerja Indonesia terhadap Ketahanan Ekonomi

Baca Juga



0 comments:

Post a Comment